JIWA



Biarkanlah kenangan itu masih berputar di pikiranmu, karena akan semakin berkarat dan menyiksa ketika kita berusaha untuk menghapus sebuah kenangan itu sendiri.
Dan ketika aku mulai percaya pada psikater tersebut bahwa aku menyidap syndrom itu, maka saat itu pula aku menahan untuk tak lagi memperhatikannya, membayangkannya seperti craker yang harus selalu aku format dengan bentuk yang aku anggap rapi. Menghampiri kediamannya dan mengecek apakah lelakiku masih dalam keadaan baik-baik saja, namun sesungguhnya lelakiku tak membutuhkah perhatian untuk keadaannya sehari hari, dan namun yang terlebih membuat aku sakit adalah lelakiku itu sudah tak menganggap aku sebagai perempuannya. Aku tak tak bisa menghentikan sistem kerja otak ku ini. maafkan aku jika aku mengganggumu dalam tahap pengenalan dengan wanitamu yang baru, sungguh aku tak bermaksud. Ini dibawah alam sadarku, bukan atas kendaliku. Kejiwaanku terganggu, aku mohon jangan salahkan aku.
Aku tak akan bisa tenang jika aku tak melihatmu bahagia, melihatmu tersenyum. Pertanyaanku biarkan aku sendiri yang jawab. Semakin aku masuk kedalan pernyataanmu yang mencercaku untuk segera pergi dari kehidupanmu, itu akan membuatku berdampak pada kacaunya pengaturan crakerku. Aku cemburu, dengan wanita berscraft yang bersanding disebelah jok mobilmu. Kepalaku serasa panas, hingga daun telingaku mungkin telah berubah warna menjadi merah padam. Aku kesal, apa kelebihan wanita berscraft merah itu ? bahkan sesungguhnya aku lebih alim dalam beribadah dengan agama yang aku anut dari pada wanita itu. Dan dia beribadah hanya sesempatnya saja, lalu dimana kelebihanya ? kau puja ia sebagai perempuan cantik. Apa kau tak salah menilai ? apa kau tak tahu ia balon berbulu merak ? kau tertipu dengan solek manisnya. Kau bodoh.
Memilikimu ada sense dan kebangganku tersendiri saat itu. aku seakan hanya berlari menuju kenangan. kini aku sedang berfantasi dengan kenanganku dan kau tak diijinkan untuk mendiskriminasiku sebagai manusia yang tak punya factual thinking, karena kau tau ? bahkan dikehidupan nyataku seluruhnya telah terstructure dengan sangat baik dan rapi. Tidak satu pun yang lepas dari cek-an ku. Semua teratur dan tertata. Kau tak harus sangat paham, tapi kau cukup mengetahui seberapa well-nya diriku dibanding dirimu, dengan kadar fantasi kita yang jelas sangat berbeda. bahkan mungkin kadar fantasimu sudah tak layak dikatakan sebagai fantasi yang imajiner. Hanya paham faktual yang kau anut. Menyebalkan.
Oh damn ! sepertinya obat penenangku telah habis, lihat semua yang aku jalani hari ini bukan scedule yang telah aku structure sebelumnya dan aku berkelu emosi untuk menyadarinya. Dan bekas-bekas kenanganku tentangmu ikut mendidih, saat seperti ini aku akan pening dan lupa jika dirimu sudah tak menganggapku sebagai perempuanmu. Sialnya aku telah berada didepan pintu rumahmu dan ah sial ! kau sudah bertengger didepanku, hadapanku. Untuk kesekian kalinya, kau marah padaku mengusirku. Aku diam, masih terpaku. Diam untuk brain shock karena kemarahannya dan terpaku untuk pulihnya kembali kesadaranku dari brain freeze. Apalagi yang bisa aku lakukan selain duduk meringkuk di tepat dan air mata yang menetes bergantian dari kedua bola mataku. Pikiranku tak mampu untuk bertindak statis dalam kondisi seperti ini. gumpalan otak ini menjadi tak berarti, kau tahu ? bahkan otakku sudah lelah untuk menerjemahkan apa yang diinginkan perasaanku.
Selama ini, selama kau bukan lelakiku lagi. aku berusaha memastikan dan mengendalikan hidupku untuk semua terkesan berjalan baik-baik saja tanpa kamu. bukan penyesalan yang ada di perasaanku, tapi kau beserta rasa sayangmu yang masih ada dan aku rasa di bagian imajinerku , sialnya hal itu sering kali datang pada factualku. Seperti yang aku katakan sebelumnya, otakku tak mampu mentransfer apa yang perasaanku mau dan ingatanku yang kadang ada kadang hilang. Aku tertekan dengan keadaan seperti ini. bukan hal yang mudah untuk diobati ketika kau juga berada di posisiku dan menjangkit syndrom yang sama denganku, Obsessive-Compulsive Disorder.
Category: 0 komentar

0 komentar: