Pintu


Jika hari ini adalah hari yang menentukan apa yang menjadi awal, lalu untuk apa aku harus mengulang lampau. Aku sesak dengan impian. Satu persatu telah aku raih, dengan upaya dan asa. Kasih telah aku rangkul. Hidupku kaya akan cinta, kasih. Mungkin kau bisa bilang aku sombong hanya karena dengan gamblang aku menulisnya dan memamerkannya, namun kamu tidak akan pernah melihat adanya air mata yang jatuh, eluh yang menyekik, doa yang tiada putus aku sematkan dan bekas luka yang masih ada.
Kau seharusnya tahu, mengapa aku kembali. Hari ini, aku goyah. Ini tentang kisah kasihku. Aku telah memiliki kasih dengan segala kesempurnaanya. Kasih sedang membangun pondasi istananya. Dukungan aku selalu beri. Tak sehari pun aku lupa untuk mengucapkan selamat pagi dan selamat tidur. Menurut orang lain kasihku adalah orang yang paling menyayangiku. Memang benar nyatanya. Namun tidak kah kau tahu, seorang lain sedang menantiku, penuh kehati-hatian ingin membuka pintuku. Aku resah, jantungku berdegup.
Aku tahu ini dosa, kasihku akan murka. Seorang lain sedang menatapku dengan sayu. Ia tahu bahwa aku bukan seorang yang dapat dibuka pintunya. Ia tahu bahwa aku terikat pada rantai berkode rumit yang tidak mungkin ia temukan kuncinya. Namun, tatapanya membuatku ragu dengan teguhku, kesetiaanku pada kasih.
Ada horizon harapan tentang definisi bahagia-sederhana yang ia siratkan. Kasih tak pernah memberiku itu, hanya harapan matrealistis dan harapan erotis yang selalu kasih ceritakan padaku. Aku berada dalam labirin dan teka-teki yang membuatku ragu untuk terikat pada kasih.
Seharusnya aku tidak pernah menatapmu, kamu seseorang lain yang membuat jantungku berdegup lagi dari kematian suri. Aku merasa dangkal akan dirimu, membuat fanaku berteriak untuk menghadirkanmu kedalam nyataku. Kau, sungguh kau seharusnya tidak memberiku pandangan itu, karena aku adalah seorang yang selalu ingin membuka kotak misteri. Sialnya, kau adalah lelaki itu.
Aku tahu, malaikat sedang mengujiku. Aku ingin menyerah. Aku telah siap duduk bersandar di balik pintuku, dengan indraku, aku tahu, kau sedang berdiri menatap di depan pintu. Tetaplah disana, biarkan aku menemukan kebenaran atas horizon semu tak terbatas yang kau miliki, yang aku kagumi.

Category: 0 komentar

0 komentar: