*sindiran benda mati*

Seharusnya hari ini aku dapat bermain hujan bersamamu, namun getirnya aku disindir hujan karna aku bermain dengan sepi. Sepi yang tak kunjung beranjak dari kehidupanku, semenjak kejora memilih bintang lain. Rembulan tak datang malam ini, lagi-lagi hujan yang menghalangi kedatangannya, sepertinya hujan dengki denganku dan tak mengerti kesenangan sederhanaku. Tapi malam ini hujan cukup mengerti ak dengan ringkihnya hatiku, hujan menghalangiku melihat kejoraku dan bintang pilihannya yang sedang bercumbu riang di langit malam, menghalangiku untuk melihat kenyataan lebih perih dari ini. Suara jangkrik dan katak yang bersahutan terdengar di telingaku, mungkin mereka juga sedang menyindirku dan mencemooh ak, karena masih saja ak duduk berpangku tangan dengan segudang kenangan di masa silam. Kini masa silam itu dengan puas mencabik-cabik asa hingga terasa perih. Seandainya ak dapat berbagi perih bersama hujan, ah khayal ! hujan masih menyimpan dengkinya untukku.
Mentari datang, mendesak bulan yang tak sempat menampakan sinarnya semalam. Aku benci jika mentari datang sedangkan mataku masih berembun dengan kelopak mata sayu. Ak belum siap menghadapi kedatangan mentari, tapi dia terus saja menerikan cahayanya hingga menembus jendela kamarku. Bayanganku dicemin juga ikut menyindirku, karna raut wajahku masih tak membiaskan rona cerianya. Ceriaku habis terbawa kejora, dia hanya menyisakan sendu untukku. Aku membiarkan kepalaku terbenam di air, berteriak sekuat-kuatnya, berharap kejora mengangkat kepalaku dan memberikan peluk hangatnya kembali.
Aku berusaha menjalani hidupku seperti semula, sebelum tuhan memberi kesempatan untukku bertemu kejora. Berusaha lari sekencang-kencangnya dari kenyataan dan terjun kedunia fiksi yang ak rangkai sendiri dengan sejuta kebahagian bersama kejora, namun sia-sia, semakin ak berlari kencang, semakin kencang juga kenyataan menghancurkan rongga-rongga imajinasiku.
Kejora, apa yang bintang itu berikan untukmu ? hingga kau menyekapku dalam ruang hampa akan rasa cintamu untukku, menyakitkan. Ak ingin keluar dari ruangan ini dan segera mencari rasa yang pernah mengobati segala sesak di dada, mengobati ringkihnya hatiku. Tak ku temukan juga pintu keluar dari ruang hampa yang penuh dengki ini. Kejora, dengarkan ak, sudahi mengurungku dalam ruang seperti ini. Ak lelah berteman sepi, ak jenuh dengan benda-benda mati yang seakan menyindirku setiap saat.

0 komentar: