masih kamu, KEJORA

Kejora, apa kabarmu ? aku merindukan terangmu. Maafkan aku karena aku sempat membenci seluruh manifestasi langit, termasuk dirimu. Aku ingin bercerita tentang aku kini dan aku mohon jangan berpura-pura tuli untuk malam ini. Masih ingat dengan langit bisu yang pernah aku ceritakan dulu ? Yang memberiku implisit sayang dan aku sempat lelah untuk menunggu sayang itu menjadi sesuatu yang rill ? Dia telah katakan dan buktikan semua sayangnya kepadaku. Bukankah seharusnya aku bahagia karena moment inilah yang aku tunggu selama ini. walaupun aku sempat leleh karena kecup sayangnya di keningku, tapi tak lama kemudian semuanya kembali membeku. Aku telah menuruti semua yang pernah kamu katakan, sayangilah orang yang menyayangimu, tapi nyatanya kejora, aku tak bahagia dengan itu semua. Sering aku melihat kedua bola matanya dan bertanya-tanya, apakah ia tak menyayangiku dengan tulus hingga aku merasa ragu ? Sudah coba untuk memasuki ruangnya, memberikan bucket bunga disana sini, memberikan hiasan-hiasan manis, tapi, aku tetap merasa ruang ini kosong. Kejora, apa aku sama denganmu sekarang, apa kita sedang pada keadaan yang sama kejora ? pernah kamu mengalami hal ini dengan bintang kecilmu ? Taukah kejora, aku telah menghabiskan banyak malam untuk bermain bersama jiwa hening, disana aku berikir tentang skenarioku kini. Kejora, apa aku sekarang salah bersikap ? egoku luapkah ? atau aku salah menaruh sayang ? Banyak khayal yang terbuang sia-sia dan banyak realita yang mendidih. Sungguh, aku lelah kejora.  Kejora, sampai kapan aku meng-elukan namamu ditengah sayang langitku ? Kepada siapa aku harus memberi kunci ruang yang aku tempati kini ? bagaimana aku bisa berjalan menuju terangmu ?
Kamu juga pernah mengatakan, terkadang ada bahagia yang tak pernah bisa kita representasikan, tapi, aku sekarang tak tahu sebenarnya aku sedang berada dikondisi bahagia yang mana.  Bahagia semu mungkin. Sebentar ada, sebentar hilang. Lihat kejora, mataku kini sering berembun. Entahlah, semua jadi begitu kelu. Sudah berusaha untuk menginggalkan surga yang aku ciptakan sendiri. Tapi sia-sia, aku kembali lagi merangkai surga buatan itu. Hahhh ! langit tak pernah mengerti dengan sangkarku, bebasku. Kejora, aku ingin malam ini saja pedulikan aku. Agar aku merasa bahagia dan tak mengicipi surga bualan itu. Salahkah jika aku sempat berfikir untuk menghabiskan malam bersamamu, ketika bintang kecilmu dan langitku sedang tertidur lelap ? Pinjamkan aku bahumu dan perdengarkan aku dengan alunan melodimu. Lalu setelah aku terlelap, kembalilah kamu pada bintang kecilmu dan kembalikan aku pada langitku. Kejora, jangan pernah tanyakan perbandingan sayangku terhadap langit dan dirimu, aku menyayangimu dengan implementasi yang berbeda dan hanya Tuhan yang tahu eksekusi tentang teka-teki manifestasi langit. Hanya ada kepekaanku untuk merangkai angan-angan. Karena aku manusia penuh khayalan dan langit hanya terpaku pada realita. Ia patuh dengan mentari terbit dan terbenam, langit kelabu dan biru. Lalu bagaimana aku menyatukannya ?
Category: 1 komentar

1 komentar:

Anonim mengatakan...

bintang bukanlah sesuatu abadi, tidak sepeti sebuah rasa yang tersohor, yang biasa di sebut "cinta".Jangan kau tanyakan sebuah hal yang abadi kepada sesuatu yang tidak abadi, mungkin jawaban yang kau dambakan akan muncul, namun yang kau butuhkan mungin tidak kunjung datang padamu. imho :D